Skip to main content

Posts

UPCOMING PROJECT

  A Journal of My Dreams I'm TRAPPED IN THE DREAM #NowDreaming
Recent posts

Jika Cinta adalah Rumah yang Dicari

Cinta bagaikan rumah Dimana saat aku ingin membuka pintu        Tidak, aku tak mau Dimana saat aku ingin melihat dari jendela        Jangankan pernah Dimana aku berjalan mengelilingi temboknya        Berhenti begitu saja Lalu aku pun hanya terduduk di tengah ruangan Namun       Perutku seakaan tertusuk pisau       Leherku seakan terikat tali dan       Kepalaku seakan trtindih batu Semua berlahan-berlahan Seakan itulah yang harus terasa Jika cinta adalah rumah dimana kau bisa pulang       Dan Jika rumah adalah tempat yang kaucari       Maka Cinta bukanlah hal yang kuinginkan.

Duniamu sempit, kata orang.

Duniamu sempit, kata orang. Sesempit apakah dunia yang mereka bayangkan? Jika seseorang lebih menyukai kamarnya, daripada kedai kopi berjarak 10km dari rumahnya, apakah dunianya hanya diukur dari luas kamarnya? Jika seseorang lebih mengagumi senja dari atap rumahnya,  daripada senja di pantai yang menenggelamkan kakinya, apakah senjanya yang monoton tak memikat? Jika seseorang lebih menikmati matahari terbit di teras rumahnya, daripada di puncak gunung yang membuatnya kedinginan, apakah hangatnya matahari tak begitu nikmat? Baginya, dunia bukan tentang sejauh mana kakinya berjalan, atau dimana dia berada untuk membuatnya tertarik. Dunianya seluas bagaimana dia mampu membayangkannya. 22:21 16/08/2019

Batu Penanda

Kau. Kau adalah sebuah batu di dalam kenanganku. Bukan batu biasa, tapi batu penanda dimana setiap aku mengingatmu, aku akan mengingat kenangan lainnya yang menenangkanku. Ketika badanku bergetar karena ketakutan, aku akan membayangkan batu itu untuk bisa tetap tegak. Berapa lama pun aku mencoba dan mencoba untuk menghadapi ketakutanku, kemudian aku gagal, aku selalu mencari batu penanda itu. Sekali pun bertahun-tahun ketakutan itu menggetarkanku, kau masih disana, seperti batu yang sulit untuk terkikis, sulit untuk dilupakan. Batu dengan bentuk yang sama untuk sekian lama, itulah dirimu. Ingatan yang takkan berubah dan akan selalu sama, tak lebih, tak kurang. Keberadaan batu itu mudah untuk kukenali dan menjadi hal yang selalu kuiingat saat aku mulai terbawa arus. Entah ini kelemahan atau kekuatan, aku masih belum tahu. Ya, kau bagaikan batu yang berada di tengah sungai itu, sungai yang selalu memaksa untuk membawaku bersamanya, tak jarang aku tenggelam, namun aku mengin

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019

Estuary: The Star Lily Lake // BAB V Emily

Semenjak pulang dengan keadaan yang tidak menyenangkan dari Danau Star Lily, Emily lebih sering mengunci dirinya dalam kamar dan menatap langit-langit kamarnya. Terkadang dia berbaring do atas kasurnya, duduk di dekat jendela dan menatap kosong halaman belakang rumah yang penuh dengan ilalang setinggi pundaknya, terkadang dia keluar rumah hanya untuk duduk di depan perapian dan memandangi perapian sepanjang hari. Selama aku melihatnya aku sama sekali tida menangkapnya berkedip sama sekali. Aku heran. Ini sudah hari ketiga semenjak kejadian di danau Star Lily dan yang kulakukan hanyalah memandangi Emily yang melamun, mencoba menangkap setiap kediapan matanya. Ya, aku merasa kesepian. Bahkan Ayah yang biasanya kujadikan teman bicaraku, hampir tidak pernah terlihat di rumah. Dia berpergian sepanjang hari mengurusi dokumen penelitiannya yang jelas tidak bisa kuganggu. Aku hanya melihatnya sesekali saat makan malam dengan terdiam dan mata yang terfokus ke dunia lain memikirkan hal lainnya

Estuary The Star Lily Lake // BAB IV Star Lily Lake

Aku mengikuti ayahku pergi ke danau meski aku sudah tahu apa yang akan aku lihat, tetapi aku masih merasa sangat tertarik dengan pemandangan yang akan kulihat. Kami -aku, ayah, Emily, dan Smith bersaudara- berangkat dari rumah jam tujuh malam setelah makan malam dan berkumpul di rumah Emily. Kami melewati jalan yang berbeda dengan jalan yang ditunjukkan Emily. Jalan rahasia yang biasa dilalui oleh si kembar merupakan jalan setapak dengan dikelilinhi banyak pohon yang tumbuh dengan hijaunya. Jalan itu sangat membingungkan dengan banyaknya pohon yang memiliki bentuk serupa dan jelas sekali akan sangat menakutkan jika kau tersesat disana. Melewati tikungan dan belokan yang tidak bisa kuingat lagi, karena lebih baik aku berfokus pada si kembar, jika aku kehilangan mereka, aku tidak yakin akan bisa kembali ke rumah lagi. Saat aku mulai melihat sekitar aku melihat sebuah gubuk di pinggir danau yang sangat tua. Gubuk itu terlihat seperti (memang) gubuk yang sudah tidak terawat, dari atap r